oleh Nourma Riana Dewi
1. Menguasai ejaan
Seorang yang ingin menjadi penyunting naskah pada satu
penerbit tentulah menguasai kaidah ejaan bahasa Indonesia yang benar. Ia harus
paham bener penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, pemenggalan kata dan
penggunaan tanda-tanda baca seperti titik, koma.
2. Menguasai tata bahasa
Seperti halnya dengan ejaan, seorang penyunting naskah pun
dituntut untuk menguasai bahasa Indonesia dalam arti luas. Tentu tidak
bermaksud ia menghafal semua arti kata yang terdapat dalam kamus. Akan tetapi,
seorang penyunting naskah harus tahu mana kalimat yang baik dan benar dan mana
kalimat yang salah. Menguasai bahasa Indonesia tentu tidak lain dan tidak bukan
adalah menguasai tata bahasa. Jadi, seorang penyunting naskah harus mengerti
susunan kalimat bahasa Indonesia yang baik, kata-kata yang baku, bentuk-bentuk
yang salah kaprah, pilihan kata yang pas dan sebagainya.
3. Bersahabat dengan kamus
Seorang penyunting naskah atau ahli bahasa sekalipun tidak
mungkin menguasai semua kata yang ada dalam satu bahasa tertentu. Belum lagi
kalau kita berbicara bahasa asing. Oleh karena itu, seorang penyunting naskah
perlu akrab dengan kamus. Entah itu kamus satu bahasa maupun kamus dua bahasa.
Dalam hal ini, tentu termasuk pula kamus istilah, leksikon, dan ensiklopedia.
4. Memiliki kepekaan bahasa
Karena berhubungan dengan ejaan, tata bahasa, dan kamus.
Seorang penyunting naskah dituntut memiliki kepekaan bahasa ia harus tahu mana
kalimat yang kasar dan mana kalimat yang halus harus tahu kata mana yang perlu
dihindari dan kata mana yang sebaiknya dipakai. Untuk semua itu, seorang
penyunting naskah perlu mengikuti tulisan pakar bahasa di media cetak. Di
samping itu, seorang penyunting naskah perlu mengikuti kolom bahasa yang ada
sejumlah media cetak. Tentu tidak kurang pentingnya adalah mengikuti
perkembangan bahasa dari hari ke hari
5. Memiliki pengetahuan luas
Seorang penyunting naskah dituntut untuk memiliki pengetahuan
yang luas. Artinya ia harus banyak membaca buku, membaca majalah dan Koran, dan
menyerap informasi melalui media visual dengan demikian, penyunting naskah
tidak ketinggalan informasi.
6. Memiliki ketelitian dan kesabaran
Seorang penyunting naskah ditunut untuk bekerja dengan teliti
dan sabar. Meskipun sudah capek bekerja, seorang penyunting naskah harus teliti
dan sabar dalam menyunting naskah. Kalau tidak, penyunting naskah bisa terjebak
pada hal-hal yang merugiikan penerbit di kemudian hari. Misalnya, karena ada
kalimat yang lolos dan lupa disunting. Jadi, meskipun mengantuk seorang
penyunting naskah harus tetap teliti menyunting setiap kalimat, setiap kata,
dan setiap istilah yang digunakan penulis. Ia harus memeriksa apakah kalimat,
kata berbau SARA atau pornografi.
7. Memiliki kepekaan terhadap SARA dan
Pornografi
Seorang penyunting naskah tentu harus tahu kalimat yang layak
cetak, kalimat perlu diubah kontruksinya, dan kata yang perlu diganti dengan
kata lain. Dalam hal ini, seorang penyunting naskah harus peka terhadap hal-hal
yang berbau suku, agama, ras, dan antargolongan. Kalau tidak peka, penerbit
bisa rugi di kemudian hari. Mengapa? Karena buku yang diterbitkan bisa dilarang
beredar oleh yang berwenang, atau penerbit dituntut oleh pihak tertentu ke
pengadilan. Di samping itu juga, seorang penyunting naskah harus peka terhadap
pornografi. Dalam hal ini, seorang penyunting harus mempertimbangkan
gambar/ilustrasi tertentu seperti halnya persoalan SARA, hal-hal yang berbau
pornografi pun dapat mengakibatkan sebuah buku dilarang beredar. Jika ini
terjadi, tentu penerbit akan mengalami kerugian.
8. Memiliki keluwesan
Seorang penyunting naskah haruslah dapat bersikap dan berlaku
luwes (supel). Hal ini penting karena seorang penyuntin sering berhubungan
dengan orang lain. Minimal penyunting naskah berhubungan dengan
penulis/pengarang dan berhubungan dengan pihak luar, seorang penyunting naskah
sebagai duta atau wakil penerbit. Oleh karena itu, penyunting naskah harus
menjaga cita dan nama baik penerbit.
9. Memiliki kemampuan menulis
Seorang penyunting naskah juga perlu memiliki kemampuan
menulis, minimal mampu menyusun tulisan yang elementer. Mengapa? Karena dalam
pekerjaan sehari-hari, seorang penyunting pada suatu saat harus menulis
surat/Email kepada penulis atau calon penulis naskah, menulis ringkasan buku
atau menulis biodata penulis. Lagi pula, kemampuan menulis inipun berguna dalam
penyuntingan naskah. Kalau tidak tau menulis kalimat yang benar, tentu akan
sulit membetulkan atau memperbaiki kalimat orang lain.
10. Menguasai bidang tertentu
Alangkah baiknya kalau seorang penyunting naskah menguasi
satu bidang keilmuan tertentu. Misalnya, ilmu bahasa, ilmu sastra, biologi,
matematika, dan ilmu filsafat. Hal ini tentu akan membantu penyunting naskah
dalam tugasnya sehari-hari.
11. Menguasai bahasa asing
Seorang penyuntingan naskahpun perlu menguasai bahasa asing
yang paling banyak digunakan di dunia internasional, yakni bahasa Inggris.
Mengapa? Karena dalam menyunting naskah, seorang penyunting naskah akan
berhadapan dengan istilah-istilah bahasa inggris disamping itu, perlu pula
diketahui bahwa buku terjemahan yang paling banyak diterjemahkan di Indonesia
adalah buku-buku yang berasal dari bahasa Inggris. Jika tidak dapat menguasai
bahasa Inggris secara aktif, minimal penyunting menguasai scara pasif. Artinya,
penyunting naskah dapat memahami dan membaca teks bahasa Inggris. Akan lebih
baik lagi jika penyunting naskah bukan hanya mengusai bahasa Inggris, melainkan
juga mengusai salah satu bahasa asing. Misalnya, bahasa Jerman, Perancis,
Jepang, Korea, dan Arab. Makin banyak bahasa asing yang dikuasai penyunting
naskah makin baik, semua bahasa asing itu akan melancarkan pekerjaan editor.
12. Memahami kode etik penyuntingan naskah
Seorang editor perlu memahami kode etik penyuntingan naskah karena editor
harus tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan dalam
penyuntingan naskah. Jika editor tidak memahami penyuntingan naskah ada
kemungkinan ia akan salah langkah. Hal ini, berakibat buruk di kemudian hari.
Tak hanya itu, Editor harus cerdas
bahasa, cerdas gambar, cerdas logika, dan cedas bergaul.
·
Cerdas
bahasa
Berarti cerdas membaca, menulis,
menyimak, berbicara, dan memahami sastra dan mahir menggunakan bahasa tulis
dalam berbagai jenis tulisan, seperti artikel, feature, esai, prees release dan
resensi. Editor juga harus memiliki
kemampuan Public speaking.
·
Cerdas
gambar
Berarti harus menguasai ilmu desain
komunikasi visual, yaitu warna, bentuk, ukuran, dsb
·
Cerdas
logika
Memiliki logika berpikir yang benar,
taat asas (konsistensi) dan sesuai dengan data dan fakta.
·
Cerdas
bergaul
Editor harus supel bergaul dengan
mitra kerja, seperti penulis/pengarang, layouter,
desainer, Ilustrator, marketing dan pemasaran.
0 komentar:
Posting Komentar