TUGAS 2 KMO

saya telah menemukan 10 ide yaitu
  1. Jurnalistik Online
  2. Peran Pewarta Dalam Sebuah Media
  3. Perspektif Masyarakat Dalam Media During 
  4. No Jale, No Bias Terhadap Berita
  5. Pemerintah Punya Kuasa Tetapi Wartawan Punya Media
  6. Cara Mengenbangkan Angel Pada Suatu Berita
  7. Jadilah Wartawan Yang Bijak Terhadap Penilaian Berita
  8. Wartawann Bukan Hanya Menjual Judul 
  9. Cara Mengedit Berita Online
  10. Berita Tersembunyi, Hanya Fakta Yang Menguatkan
Category: 0 komentar

Kenapa saya menulis?



Sebuah kutipan dari sang Sastrawan, Pramoedya Ananta Toer, “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak akan menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. sang Sastrawan ini telah membuktikan kata-katanya sendiri. Menulis memang sebuah kerja untuk keabadian walaupun seorang penulis sudah tiada. Akan tetapi, karya tulisannya akan selalu dikenal oleh para pembacanya. tetapi hingga saat ini, banyak yang mengeluh menulis tidak semudah menyemprotkan Parfum ke baju. Sebab, menulis membutuhkan ketekunan dalam menghadirkan ingatan, menceritakan jalan pikiran, lalu menyebarluaskan setiap energi dari pikiran-pikiran itu di atas papan keyboard atau di atas lembaran kertas. Itu tentu proses kreatif yang menuntut lebih sakadar mengumpulkan kata-kata.  

Dengan menulis bisa membawa perubahan yang besar untuk diri sendiri, maupun orang lain. Menulis mampu menpengaruhi pola pikir seseorang. Tak hanya itu, Penulis akan berfikir dan terus berusaha mengembangkan pemahamannya dan kemampuan dirinya. Motivasi inilah yang mendobrak dirinya untuk menemukan ide-ide baru karena di saat Penulis terjun ke dunia tulis-menulis, dirinya terus tertantang membuat gebrakan baru untuk melahirkan ide-ide atau gagasannya. Ide-ide baru hanya terhasilkan dari dari mereka pemikir yang aktif, terus belajar, dan bekerja keras untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Oleh karena itu, berusaha menulis apa yang terpikirkan, apa yang terlihat, apa yang terdengar, apa yang terasakan, apa yang terbaca dan terbagikan dari orang lain karena sebuah ide atau gagasan akan terus ada ada dan berkembang dan ide yang besar terawali dengan ide yang kecil dan ide yang spektakuler pasti tumbuh dari ide yang biasa-biasa aja. Menulislah dan ide-ide baru akan bermunculan.

Selain itu juga, menulis akan membuat hidup lebih produktif, usia lebih bermanfaat tidak terbuang sia-sia. Dengan menulis wawasan terus bertambah dalam hidupnya akan terisi sesuatu yang bermanfaaat untuk orang lain langkah dan aktivitasnya takkan terbuang karena dirinya akan disibukkan oleh beragam informasi, wawasan, ilmu pengetahuan, buku bacaan yang bisa dijadikan bahan referensi yang akan ditulisnya.

Untuk itu, menulis juga bisa memberikan banyak manfaat kepada orang lain karena dengan menulis bisa membagi ilmu yang kita punya, lebih percaya diri dengan kemampuan dan keterampilan dalam menulis, menguatkan branding dalam arti menguatkan nama produk buku yang akan diterbitkan dan nama diri kita. Dengan menulis yang bermula dari Naskah hingga menjadi sebuah buku tentu bisa mendapatkan penghasilan dari royalti yang diterima dari penerbit.
       
      Melalui kegiatan menulis kita dapat mengembangkan berbagai gagasan. Kita terpaksa bernalar: menghubung-hubungkan serta membandingkan fakta-fakta yang mungkin tidak pernah kita lakukan jika kita tidak menulis. Kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis. Dengan demikian, kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoretis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan.

         Dengan menulis sama halnya dengan mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, menulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar bagi diri sendiri.
   Bahkan melalui tulisan kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan sendiri secara lebih objektif. Dengan menuliskan di atas kertas kita akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat, dalam konteks yang lebih konkret. Tugas menulis mengenai suatu topik mendorong saya untuk belajar secara aktif untuk menjadi menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain.


Sementara itu, dengan menulis semua bisa tersalurkan tanpa batas apa yang ada dibenak kita. Memang menulis tidak selues  bagaimana saat berbicara secara langsung. Tapi dalam kondisi lain ada beberapa waktu dimana menulis lebih menyenangan dibandingkan dengan berbicara secara langsung. Memang berbicara merupakan suatu kecakapan bahasa yang paling penting, namun bagi beberapa orang menulis lebih banyak menghasilkan sesuatu dibandingkan dengan berbicara secara langsung, seperti bagi orang yang belum terbiasa berbicara di depan umum lebih memilih menulis dan menuangkan yang ingin diutarakan lewat tulisan, karena bisa leluasa dan tidak terbatas dengan takut gugup.

Dengan menulis, bisa lebih mengutarakan sesuatu dengan lebih terukur dan terkonsep. Jika dibandingkan dengan berbicara secara sepontan, menulis lebih bisa mengahasilkan sesuatu yang sistematis dan terarah. menulis juga memiliki seni dengan menggunakan bahasa jiwa yang indah serta dapat menghasilkan sesuatu yang penuh makna.

Category: 1 komentar

PENGENALAN EDITOR | Welcome To My Blog

PENGENALAN EDITOR | Welcome To My Blog
Category: 0 komentar

Jenis - jenis Editing



Oleh Nourma Riana Dewi
           Editing tidaklah sekadar memperbaiki bahasa (titik, koma), tetapi editing meliputi aspek yang lebih luas. Dari hal ini kemudian muncul penjenisan editing berdasarkan lingkup pekerjaan maupun tingkat kesulitannya. Jenis-jenis editing terbagi atas

  1.   Editing mekanik

Merupakan praktik editing dasar untuk memeriksa dan memperbaiki naskah dari segi kebahasaan, ketepatan, serta kemudahan penggunaan. Jenis-jenis editing ini menggunakan tanda-tanda koreksi (correction mark) untuk dibubuhkan pada naskah secara manual. Mechanical editing meliputi aspek keterbacaan, kebahsaab dan ketaatasasan dengan mengacu pada gaya selingkung penerbit.

2. Editing substantif

Merupakan praktik editing sedang dan editing berat karena editor memeriksa naskah yang meliputi ketelitian data/fakta, kejelasan dan gaya bahasal, kelegalan, dan kesopanan, serta ketepatan rincian produksi. Editing subsatansif juga cenderung nengesahkan perubahan yang signifikan terhadap bagian-bagian tertentu naskah, bahkan penulisan ulang naskah. Editing subtansif contohnya melakukan perubahan stuktur naskah (baba tau subbab), perubahan gaya penulisan (misalnya dari ilmiah akademis menjadi ilmiah populer), dan perubahan kuantitas naskah (misal naskah tebal menjadi tipis atau dipecah menjadu beberapa jilid buku berseri).

3   Editing gambar (Pictorial editing)
Berhubungkan dengan editing visualisasi pada naskah seperti gambar, peta, denah, tabel, foto maupun skema/bagan. Editing gambar ini biasa dilakukan oleh para editor yang memiliki wawasan di bidang desain komunikasi visual. 
4   Baca pruf (Proof reading)
 Merupakan kegiatan koreksi akhir pada tahapan pruf (cetak coba) pertama dan pruf kedua. Pruf merupakan naskah yang sudah ditataletak dan didesain seperti layaknya halaman-halaman buku jadi. Pada pruf masih memungkinkan terdapatnya kekeliruan, seperti salah ketik, bagian yang hilang, bagian yang sama, arena copy paste, bagian salah tempat, ataupun koreksi yang belum dimasukkan.
Category: 0 komentar

Kriteria Editor



 Oleh Nourma Riana Dewi
Trim (2009:11) menyatakakan kriteria editor yang baik dari standar the Associated Press Managing Editors Writing and Editing Committee. Meskipun beberapa butir ini adalah standar editor media massa, profilnya tetap relevan untuk editor buku. Kriteria tersebut, yaitu
a.       Confidence (Percaya Diri)
Editor yang baik memiliki kepercayaan diri terhadap kecerdasan, pengetahuan, serta keterampilan menulis mereka. Mereka memahami gaya selingkung, menguasai proses produksi, dan memiliki wawasan pengetahuan umum. Mereka juga mengerti sistem operasional editor standar.

b.      Objectivity (Objektif)
Editor memiliki tambahan untuk menjadi objektif. Mereka harus mampu menelisik materi-materi secara lebih mendalam dan memahami bagaimana pun banyak penulis memiliki kepribadian acuh tak acuh terhadap naskah yang ditulisnya. Editor harus mampu melampui pandangan orang-orang yang berada di bagian redaksi sehingga ia pun dapat memecahkan masalah.

c.       Awareness (Kepedulian).
Editor memang harus peduli terhadap pembaca sasaran yang dituju, terlebih-lebih ia harus peduli terhadap kinerja tim editorial. Dari mulai kejelasan hingga keterbacaan perlu mendapatkan perhatian seorang editor. Terkadang sebuah produk yang bermasalah memang muncul dari pribadi yang bermasalah. Untuk itu, diperlukan kepekaan editor terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya. Baik itu penulis, penataletak, desainer, illustrator ataupun pembaca ahli.

d.      Intelligence (Cerdas dan Cergas).
 Tidak pelak seorang editor yang baik seharusnya memiliki berbagai macam latar belakang yang mendukungnya untuk menelisik berbagai materi naskah. Artinya, dengan latar pengalaman tersebut, editor memiliki insting yang bagus untuk mencermati kebenaran ataupun kekeliruan dalam naskah.
e.       Questioning nature (Bertanya Alamiah).
Editor yang baik tahu bahwa bertanya tentang apa pun bukanlah hal yang tabu. Mereka bertanya tentang apapun. Editor paham apabila mereka ragu-ragu atau merasa bimbang, demilkian pula halnya dengan pembaca.

f.       Dimplomacy (Diplomasi)
Editing adalah sebuah konfrontasi. Menulis adalah gabungan intelektual dan pengalaman emosional, dan editor yang baik akan meminimalisasi timbulnya ketegangan yang tidak dapat dihindarkan antara editor dengan penulis. Karena itu, diplomasi diperlukan manakala terjadi pertentangan yang menjurus pada debat kusir.

g.      Ability to write (Mampu Menulis).
Banyak editor pemula, bahwa senior yang tidak paham tentang satu ini. Di antara mereka ada yang bener-bener ‘gagap’ menulis. Padahal, editor yang baik mestinya memiliki kemampuan menulis di atas rata-rata.

h.      Sense of humor (Selera humor). Editor yang baik harus mampu tertawa meskipun ia berada di bawah begitu banyak tekanan banyak sekali humor-humor yang justru muncul dari pekerjaan editorial. Humor akan mencairkan ketegangan dan membuat editor lebih sehat.
Category: 0 komentar

Jenjang Karier Editor



Oleh : Nourma Riana Dewi 
1.      Copyeditor
 jenjang karier terendah dari profesi editor secara keseluruhan. Copyeditor hanya memiliki tanggung jawab teknis untuk memeriksa dan mengoreksi naskah mentah hingga pruf siap cetak. Tugas pengeditan pun sebatas mengoreksi kekeliruan pengetikan, bahasa, tipografi, visualisasi, fakta, dan data.

2.      Editor
dianggap karier selanjutnya copyeditor setelah sang copyeditor bekerja paling tidak selama dua hingga tiga tahun. Edior diberi kewenangan lebih luas daripada copyeditor, misalnya menggubah naskah atau menilai kelayakan naskah. Editor secara spesifik tugasnya dapat dibagi menjadi dua yaitu
a.        Associate Editor (editor pendamping) yang bertugas khusus mencari naskah dan bekerja sama secara teknis dengan penulis.
b.      Pictorial Editing (editor gambar) yang bertugas khusus mengedit visualisasi naskah.
c.       Right Editor (editor pengurus hak cipta) yang bertugas mengurus legalitas naskah atau kontrak penerbitan.

3.      Senior editor
 merupakan editor yang memiliki jam terbang editing lebih dari tiga tahun dan benar-benat memiliki wawasan penerbit yang memadai. Pangkatnya setara dengan penyelia (supervisor) atau kepala bagian. Ia memiliki tanggung jawab strategis dalam menilai kelayakan naskah terbit serta mengorganisasikan program penerbitan. Secara spesifik, tugas senior editor bisa dibagi atas acquisition editor (editor akusisi) yang merancang strategi penggadaan naskah serta development editor (editor pengembang) yang merancang strategi pengembangan naskah dari sisi copyediting maupun desain.

4.      Managing Editor
merupakan editor dengan jam terbang lebih dari lima tahun dalam bidang editing. Pangkatnya setara dengan asisten manajer atau manajer. Karena itu, tugasnya lebih strategis dalam pengelolaan manajemen penerbitan, termasuk pengembanganya. Ia lebih cenderung tidak terlibat lagi dalam urusan teknis editing naskah tetapi sekali-sekali ia dapat menilai hasil kerja para editor dengan kemampuan editing cepat.

5.      Chief editor
Merupakan editor dengan jenjang tertinggi setara dengan manajer ataupun general manager. Chief editor bekerja dalam perspektif sebagai pemimpin sekaligus pengelola dapatermen atau divisi editorial. Ia merupakan seseorang yang visioner dalam hal penerbitan buku sehingga masukannya merupakan informasi penting bagi penerbit secara keseluruhan.
Category: 0 komentar